Pangkalan Setelah Kelok Sembilan

Teras Utama Padang Ekspres Selasa 21 Mei 2013

Oleh Fachrul Rasyid HF

Sedikit hari lagi ply over alias jembatan layang Kelok Sembilan (K-9) akan rampung. Rencananya bulan Agustus 2013 ini akan diresmikan. Lantas apa yang bisa diraih Pangkalan Kotobaru?

Pertanyaan ini perlu dijawab pejabat, pemuka, dan para ninik mamak di Pangkalan, mengingat dulu sejak akhir abad 18 hingga awal abad 20 Pangkalan adalah pelabuhan terbesar di timur Minangkabau ke Selat Malaka. Setiap mau memasuki bulan Ramadhan, sesuai kesapakatan ninik mamak dan ulama, kapal-kapal milik pengusaha dilabuhkan di Pangkalan. Saat itu anak kemanakan boleh naik dan berlayar di sepanjang batang Mahat. Dari situ kemudian lahir tradisi perayaan “Patang Balimau”

Belanda berusaha menguasai Pangkalan karena mengalahkan Pelabuhan Muara Padang. Untuk itu Belanda mencoba masuk melalui Kuala Kampar menesuri Batang Kampar, dan masuk ke Batang Mahat menuju Pangkalan. Tapi karena sungainya deras dan berhutan lebat, upaya itu sia-sia. Pada 1932 Belanda memutuskan membuka jalan dari Payakumbuh, Sarilamak, ke Pangkalan. Salah satu ruasnya adalah K-9. Lalu, mengerahkan pekerja pasa, jalan diteruskan ke Bangkinang, Danau Bingkuang, Taratak Buluh hingga ke Logas.

Sejak terbuka jalan darat ke Riau, perlahan pelabuhan Pangkalan jadi sepi. Para pengusaha kapal Pangkalan akhirnya beralih jadi pengusaha angkutan darat sehingga Pangkalan terkenal sebagai nagari pengusaha angkutan di Sumbar-Riau. Angkutan penumpang milik pengusaha Pangkalan yang amat terkenal adalah bus Gagak Hitam, Sinar Riau dan Bunga Setangkai.

Sejak 15 tahun belakangan setelah angkutan bus makin terjepit, pengusaha Pangkalan berkosentrasi penuh pada angkutan truk/barang. Dan, ketentuan memautkan kapal tiap memasuki Ramadhan beralih ke truk. Itu sebabnya, di hari-hari Patang Balimau semua truk milik orang Pangkalan yang beroperasi di berbagai daerah, pada pulang kampung. Dan, jalan di sepanjang Pangkalan pun disesaki truk.

Kini, setelah pembangunan K-9 generasi kedua (jembatan layang) rampung, apakah potensi ekonomi dan posisi strategis Pangkalan akan mengalami kemunduran seperti halnya setelah K-9 dibangun Belada dulu?

Saya percaya, secara perorangan, orang Pangkalan cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan. Ketika dulu jalur perdagangan lewat sungai digantikan jalan darat, pengusaha Pangkalan pun mengganti kapal dengan truk. Artinya, mereka tetap pada posisi ekspedisi dan distribusi barang.

Nanti, setelah K-9 generasi kedua rampung, posisi itu pasti akan lebih berkembang. Boleh jadi perusahaan bus milik orang Pangkalan yang pada tutup, akan dihidupkan kembali, tentu dengan model dan pelayanan yang lebih modern.

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan Nagari Pangkalan itu sendiri. Apakah Pangkalan akan tetap jadi nagari pelintasan angkutan orang dan barang?

Selama ini tampaknya memang demikian. Hasil penelitian Dinas PU 2002, membuktikan Pangkalan dilintasi rata 6.800 hingga 11.350 kendaran/ hari. Kendaran itu  mengangkut sekitar 16 juta orang dan 28,5 juta ton barang/ tahun (50% hasil pertanian dan peternakan). Tentu kini dan sepuluh tahun ke depan keramaian kendaran, orang dan barang melintasi Pangkalan tentu akan berlipat ganda. Apalagi jika rencana pembangunan jalan tol Padang-Pekanabaru-Dumai,  jari-jari jalan tol Lintas Sumatera, rampung sekitar tahun 2025.

Fakta ini tentu memperlihatkan posisi Pangkalan sebagai pintu gerbang Sumbar dari Riau akan semakin penting. Tapi, sekali lagi, bagaimana Pangkalan menyikapi posisi tersebut. Musyawarah  pembangunan Pangkalan di rumah kediaman Bupati Alis Marajo tahun 2002 silam mencoba menjawab hal itu. Aacara itu dihadiri sejumlah tokoh masyarakat Pangkalan. Antara lain Anwar Syukur, H. Syakrani,  H. Nizar dan Dr. Muchlis Hasan.

Tokoh-tokoh Pangkalan memahami bahwa Pangkalan memang akan tumbuh jadi sebuah kota. Karena itu disepakati perlunya menyusun tata ruang, kerangka kota sehingga seluruh ruang nagari Pangkalan terintegrasi, terhubung, dan berarti bagi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Dari situ bisa dirinci mana daerah sumber air bersih, daerah pertanian/ perkebunan, daerah pertumbuhan dan pusat ekonomi, daerah pendidikan dan sebagainya sampai pada kebutuhan saluran drainase.

Bupati Alis Marajo kemudian membangun jaringan jalan memperkuat Kota Pangkalan masa depan. Dimulai dengan membangun dan meningkatkan jalan dari Pangkalan ke Kecamatan Kapur IX  hingga di Nagari Gelugur menuju Kabupaten Rokan Hulu. Kemudian jalan dari Pangkalan ke Baluang atau ke Lipat Kain  Kabupaten Kampar.

Setelah Pangkalan tumbuh jadi pusat perdagangan, kota harapan di pinggir Danau PLTA Kotopanjang seluas 140 ribu hektare itu bisa jadi kota wisata. Di Pangkalan bisa dibangun dermaga danau untuk tujuan pelancongan, olahraga dayung, lomba perahu dan olahraga memancing.

Maka, jika tata ruang Pangkalan direncanakan dengan baik dan semua potensinya digarap dengan benar, selain jadi kota perdagangan Pangkalan akan jadi kota wisata dan kota peristirahatan bagi Riau. Dan, ini amat menarik bagi investor membangun hotel, restoran dan objek wisata.

Jadi, kini tinggal bagaimana Pemkab Limapuluh Kota dan Pemprov Sumbar cerdas mengangkat potensi tersebut sehingga Pangkalan memberi peluang peningkatan ekonomi daerah ini. (*)

3 Responses to Pangkalan Setelah Kelok Sembilan

  1. fachrulrasyid berkata:

    Terimakasih atas kunjungannnya.

  2. […] Baru setelah rampungnya proyek fly over Kelok Sembilan. Dalam tulisannya pada 2013 lalu di harian Padang Ekspres, beliau menyebutkan bahwa musyawarah sejumlah tokoh Limapuluh Kota telah memprioritaskan Pangkalan […]

  3. […] Baru setelah rampungnya proyek fly over Kelok Sembilan. Dalam tulisannya pada 2013 lalu di harian Padang Ekspres, beliau menyebutkan bahwa musyawarah sejumlah tokoh Limapuluh Kota telah memprioritaskan Pangkalan […]

Tinggalkan komentar